Kehidupan Abdurrahman Wahid

Penulis: Hamim Septian
Editor: Achmad Susanto
Kehidupan Abdurrahman Wahid

Highlight

  • Mengapa Penting:

Profil Abdurrahman Wahid menjadi penting karena mencerminkan perjalanan hidup seorang tokoh agama dan politik yang memainkan peran signifikan dalam sejarah Indonesia. Dengan latar belakang keluarga yang kaya warisan keagamaan dan kontribusinya dalam memimpin organisasi Islam terbesar, kehidupan Abdurrahman Wahid mencerminkan perpaduan antara keagamaan dan politik yang mempengaruhi perkembangan sosial Indonesia.

  • Gambaran Besar:

Abdurrahman Wahid, lahir pada 7 September 1940 di Denanyar, Jawa Timur, akrab dipanggil Gus Dur. Ia adalah presiden Indonesia dari tahun 1999 hingga 2001. Sebagai cucu pendiri Nahdlatul Ulama, Gus Dur memiliki pendidikan agama yang mendalam, memimpin NU, dan terlibat dalam berbagai aktivitas politik.

  • Sorotan:

  1. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan: Kakek Wahid pendiri NU, pendidikan intensif Al-Qur'an di pesantren, dan beasiswa ke Universitas Al-Azhar.
  2. Perjalanan Intelektual dan Aktivitas Politik: Pemimpin NU, visinya untuk transformasi sosial dan budaya, serta peran aktif dalam Forum Demokrasi.
  3. Puncak Karier: Presiden Indonesia: Terpilih setelah krisis ekonomi, presiden pertama terpilih melalui pemilihan MPR, upaya mengatasi ketidakstabilan ekonomi dan politik.
  4. Kontribusi Pasca-Kepresidenan: Dialog antar-agama, penghargaan Magsaysay, dan kepemimpinan di World Council for Religion and Peace.
  • Perspektif Luas:

Kehidupan Abdurrahman Wahid mencerminkan kompleksitas perjalanan seorang pemimpin agama yang terlibat dalam politik. Dengan menggabungkan warisan keagamaan, intelektualisme, dan kontribusi terhadap perdamaian global, Wahid menjadi sosok yang menginspirasi dalam meretas jalan bagi perubahan positif di Indonesia.

  • Perspektif Mendalam:

Pada tingkat pribadi, kehidupan Abdurrahman Wahid menghadapi tantangan intelektual di Al-Azhar, mengejar visinya untuk transformasi sosial meskipun dianggap sebagai ancaman politik. Terlibat dalam Forum Demokrasi, ia membuktikan keberaniannya dalam menghadapi isu-isu kontroversial dan menciptakan dialog antar-agama pasca-kepresidenannya.

  • Kilas Balik:

Kehidupan Abdurrahman Wahid memasuki panggung nasional sebagai presiden pada 1999. Ia menghadapi tantangan ekonomi dan politik yang mengakibatkan pemecatannya pada 2001. Namun, kontribusinya terhadap dialog antar-agama dan perdamaian global setelah kepresidenannya menunjukkan dampak yang berkelanjutan dalam menginspirasi perubahan positif.


 

Profil Kehidupan Abdurrahman Wahid: Sejarah, Pemikiran, dan Peran Politiknya di Indonesia

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Kedua kakek Wahid adalah salah satu pendiri NU, organisasi Islam dengan 25 juta anggota. Abdurrahman Wahid belajar Al-Qur'an dengan intens di pesantren di Jawa Timur yang didirikan oleh kakeknya, Hasyim Asy'ari. Pendidikan agamanya diperdalam di Jakarta ketika ayahnya menjabat sebagai menteri agama Indonesia. Pada 1965, Wahid mendapatkan beasiswa untuk belajar di Universitas Al-Azhar di Kairo, meskipun ia akhirnya tidak menyelesaikan gelar di sana.

Perjalanan Intelektual dan Aktivitas Politik

Setelah kembali ke Indonesia, kehidupan Abdurrahman Wahid menjadi seorang cendekiawan. Pada 1984, ia diangkat sebagai ketua umum NU. Organisasi ini kemudian melepaskan hubungannya dengan partai politik berbasis Islam dan fokus pada pekerjaan sosial dan pendidikan. Gus Dur, meskipun dihormati, dianggap beberapa pihak sebagai ancaman politik karena visinya yang ingin "bergerak menuju transformasi masyarakat secara sosial dan budaya."

Sebagai pemimpin NU, Abdurrahman Wahid menjadi salah satu tokoh paling dihormati dalam Islam Indonesia dan sangat aktif secara politik. Ia memimpin kelompok diskusi politik Forum Demokrasi yang menyambut para aktivis hak asasi manusia. Sikapnya yang terbuka terhadap isu-isu nasional, termasuk usulan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dan pandangan bahwa konflik di Bosnia dan Herzegovina bukanlah konflik agama, membuatnya disegani oleh banyak pihak sekaligus kontroversial.

Puncak Karier: Presiden Indonesia

Pada 1998, setelah Indonesia diguncang krisis ekonomi Asia, Suharto mengundurkan diri. Setahun kemudian, Gus Dur terpilih sebagai presiden. Ini merupakan presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Namun, masa pemerintahannya diwarnai oleh ketidakstabilan ekonomi dan politik. Pada 2001, Abdurrahman Wahid dimakzulkan dari jabatannya sebagai presiden.

Kontribusi Pasca-Kepresidenan

Setelah meninggalkan jabatan presiden, Wahid terus mendorong dialog antar-agama untuk promosi perdamaian dunia. Penghargaan Magsaysay yang diterimanya pada 1993 dan kepemimpinannya di World Council for Religion and Peace pada 1994 menunjukkan dampaknya dalam upaya membangun toleransi dan perdamaian global.