Kekerasan Berbasis Agama

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Hamim Septian
Kekerasan Berbasis Agama

Highlight

  • Mengapa Penting:

Kekerasan agama tidak hanya merusak hubungan antarumat beragama, tetapi juga mengancam hak asasi manusia dan kebebasan beragama. Penting memahami dan mengatasi kekerasan agama agar kita dapat membangun masyarakat yang toleran dan inklusif.

  • Gambaran Besar:

Peristiwa serangan terhadap kapel di Gandul, Depok, mencerminkan eskalasi kekerasan agama di Indonesia. Dalam serangan ini, sekitar 50 individu secara agresif menyerbu kapel yang digunakan oleh jemaat GBI Cinere Bellevue. Kapel tersebut adalah bangunan komersial yang disewa untuk kegiatan ibadah. Proses pindah dan mendapatkan izin di lokasi baru tidak berjalan lancar.

  • Sorotan:

Serangan terhadap kapel menciptakan ketegangan di antara jemaat dan masyarakat setempat. Lembaga pemberdayaan masyarakat setempat menghambat proses izin keagamaan, menambah kerumitan situasi. Sorotan ini mengingatkan kita akan pentingnya mencari solusi yang inklusif untuk masalah ini.

  • Perspektif Luas:

Diskriminasi keagamaan adalah perlakuan tidak adil terhadap individu atau kelompok berdasarkan keyakinan agama. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hukum, pekerjaan, dan perumahan. Masyarakat harus memahami bahwa kekerasan agama adalah salah satu manifestasi ekstrem dari diskriminasi ini.

  • Perspektif Mendalam:

Sejarah mencatat banyak contoh diskriminasi keagamaan di berbagai periode. Pada zaman kuno, praktik agama Yahudi dilarang di Yudea oleh Kekaisaran Seleukia Yunani. Penganiayaan terhadap orang Yahudi juga terjadi di Kekaisaran Romawi. Abad pertengahan ditandai oleh antisemitisme yang meluas di Eropa.

Era modern tidak terlepas dari masalah ini. Inkuisisi oleh Gereja Katolik di Eropa, diskriminasi terhadap Muslim dan Yahudi selama Reconquista, serta diskriminasi terhadap minoritas agama di Kekaisaran Turki Usmani dan antisemitisme di Kekaisaran Rusia adalah contoh yang perlu diingat.

  • Kilas Balik:

Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara dengan keberagaman agama, peristiwa serangan terhadap kapel di Gandul, Depok, adalah bukti nyata bahwa diskriminasi keagamaan masih ada. Untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, kita harus bersatu sebagai masyarakat Indonesia. Setiap individu, tanpa memandang keyakinan agamanya, harus dapat menjalankan ibadah dengan aman dan tanpa takut menjadi korban diskriminasi.

Baca Juga : Kapan Bisa Bangun Gereja?

Kebebasan Beragama

Kapel Gandul di Tengah Terpaan Kekerasan Agama

Serangan Terhadap Kapel

Puluhan orang berkumpul di depan kapel tersebut, dengan jumlah sekitar 50 individu. Mereka secara agresif menggedor pintu depan kapel sambil berteriak dengan keras. Aksi ini mengagetkan jemaat yang tengah bersiap-siap untuk ibadah pagi.

Kapel yang menjadi sasaran serangan ini sebenarnya adalah bangunan komersial tiga lantai yang disewa oleh jemaat GBI Cinere Bellevue untuk kegiatan ibadah mereka. Mereka baru-baru ini pindah ke lokasi ini dua bulan sebelum peristiwa serangan terjadi, setelah kontrak di lokasi sebelumnya di Pangkalan Jati, Cinere habis.

Namun, upaya pindah ke lokasi baru tidak berjalan mulus. Mereka menghadapi kendala dalam mendapatkan izin untuk melaksanakan aktivitas keagamaan di lokasi baru ini. Hal ini diakibatkan oleh lembaga masyarakat setempat yang menghambat proses izin mereka.

Diskriminasi Keagamaan

Diskriminasi keagamaan adalah perlakuan berbeda terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan keyakinan keagamaan. Ini dapat terjadi terhadap penganut agama yang berbeda, denominasi tertentu, atau bahkan mereka yang tidak memiliki keyakinan agama. Diskriminasi ini bisa terjadi dalam hukum atau di tempat kerja.

Sejarah mencatat banyak contoh diskriminasi keagamaan yang terjadi di berbagai periode waktu:

Masa Kuno

  • Hellenisasi di Yudea oleh Kekaisaran Seleukia Yunani adalah salah satu contoh awal diskriminasi keagamaan. Praktik-praktik agama Yahudi dilarang dan ibadah pagan dipaksakan.
  • Penganiayaan terhadap orang Yahudi di Kekaisaran Romawi, termasuk larangan praktik agama mereka.

Abad Pertengahan

  • Antisemitisme yang meluas di Eropa, dengan konversi paksa dan pengusiran orang Yahudi.
  • Diskriminasi terhadap non-Muslim selama Zaman Keemasan Islam.

Masa Modern

  • Penegakan keseragaman agama oleh Gereja Kristen di Eropa.
  • Diskriminasi terhadap Muslim dan Yahudi selama Reconquista.
  • Diskriminasi terhadap minoritas agama di Kekaisaran Turki Usmani.
  • Antisemitisme di Kekaisaran Rusia.

Diskriminasi Keagamaan di Indonesia

Peristiwa serangan terhadap kapel di Gandul, Depok adalah salah satu contoh nyata diskriminasi keagamaan yang terjadi di Indonesia. Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara dengan keberagaman agama yang kaya, tidak dapat dipungkiri bahwa diskriminasi keagamaan masih ada.

Kita sebagai masyarakat Indonesia harus bersatu untuk memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang keyakinan keagamaannya, dapat menjalankan ibadah dan mengamalkan agamanya dengan aman.