
Highlight
-
Mengapa Penting:
'Bus air' di Kalimantan adalah warisan berharga yang memainkan peran vital dalam menghubungkan perkampungan di tepi sungai dan menyediakan akses ke daerah terpencil. Dalam konteks modern, 'bus air' adalah cermin sejarah dan budaya yang patut dilestarikan.
-
Gambaran Besar:
Sebutan 'bus air' mengacu pada armada kapal penumpang yang mengarungi Sungai Barito. Salah satu yang masih beroperasi adalah KM. Pancar Mas II, kapal kayu dengan sejarah panjang 30 tahun. Dengan dimensi panjang 29 meter, lebar 7,5 meter, tinggi 7 meter, serta dilengkapi dua dek, kapal ini mengangkut penumpang dari Banjarmasin di hilir sungai hingga Muara Teweh di Kalimantan Tengah, dan Buntok, Kalimantan Tengah.
-
Sorotan:
Keunikan 'bus air' adalah harga tiketnya yang sangat terjangkau, dengan biaya sekitar Rp115.000 per orang. Kendati sedikit lebih tinggi jika penumpang ingin tidur di ranjang atau membawa sepeda motor, hal ini menjadikan KM. Pancar Mas II pilihan utama masyarakat untuk menjangkau perkampungan di tepi Sungai Barito.
-
Perspektif Luas:
KM. Pancar Mas II memiliki kapasitas mengagumkan, dapat mengangkut hingga 110 penumpang dan muatan barang hingga 80 ton. Dengan 28 tempat tidur yang tersedia, setiap kasur mampu menampung dua orang penumpang. Kapal ini juga berperan sebagai pengangkut muatan barang, dengan kru kapal berjumlah 12 orang. Ini mencerminkan fleksibilitas dan manfaat kapal ini dalam mendukung kehidupan sehari-hari di sepanjang Sungai Barito.
-
Perspektif Mendalam:
Perjalanan dengan 'bus air' membutuhkan waktu yang cukup lama. Perjalanan dari Banjarmasin ke Muara Tewe, misalnya, memakan waktu sekitar 48 jam atau dua hari dua malam. Waktu tempuh yang panjang ini disebabkan oleh tantangan melawan arus sungai yang berasal dari hulu Sungai Barito di Pegunungan Schwaner. Meski demikian, durasi perjalanan sebaliknya, dari Muara Teweh ke Banjarmasin, dapat dipangkas setengahnya karena kapal mengikuti arus sungai.
-
Kilas Balik:
Pada masa kejayaannya, 'bus air' dan kapal penumpang lainnya memiliki peran sentral menghubungkan perkampungan di tepi sungai. Pada 1970-an hingga 1990-an, ketika akses ke jalan darat masih terbatas di beberapa daerah di Kalimantan, transportasi air melalui 'bus air' adalah tulang punggung mobilitas masyarakat.
Namun, seiring dengan pembangunan jalan dan jembatan oleh pemerintah, 'bus air' menghadapi tantangan. Banyak warga beralih ke transportasi darat yang lebih cepat dan efisien, yang berdampak pada penurunan jumlah penumpang dan pendapatan. Biaya operasional yang signifikan membuat beberapa kapal 'bus air' terpaksa berhenti beroperasi.
Baca Juga : Bus Air yang Terus Melaju Hingga Menjadi Legenda
KM Pancar Mas II: Bus Air Terakhir yang Bertahan di Sungai Barito
Memahami 'Bus Air' di Kalimantan
'Bus air' adalah sebutan untuk kapal-kapal penumpang yang melayani rute di sepanjang Sungai Barito. Salah satu kapal yang masih beroperasi adalah KM. Pancar Mas II. Kapal kayu ini telah setia melayani masyarakat tepi sungai Barito selama 30 tahun. KM. Pancar Mas II memiliki panjang 29 meter, lebar 7,5 meter, tinggi 7 meter, dan dilengkapi dua dek. Kapal ini melayani rute Banjarmasin di hilir sungai, menuju hulu sungai hingga kota Muara Teweh di Kalimantan Tengah. Selain itu, kapal ini juga berlayar ke Buntok, Kalimantan Tengah, karena masih dalam rute yang sama.
Harga Tiket yang Terjangkau
Salah satu daya tarik utama 'bus air' adalah harga tiketnya yang terjangkau. Harga tiket hanya sekitar Rp115.000 per orang dan sedikit lebih mahal jika penumpang ingin tidur di ranjang atau membawa sepeda motor. Dengan harga yang bersaing, KM. Pancar Mas II menjadi pilihan utama masyarakat untuk mengakses perkampungan di pinggir Sungai Barito.
Kapasitas dan Fasilitas
KM. Pancar Mas II memiliki kapasitas yang mengesankan. Kapal ini mampu mengangkut hingga 110 penumpang dan muatan barang seberat 80 ton. Fasilitas di dalam kapal juga memadai dengan 28 tempat tidur, di mana satu kasur dapat menampung dua orang. Kapal ini tidak hanya mengangkut penumpang tetapi juga muatan barang dan memiliki kru kapal sebanyak 12 orang.
Waktu Tempuh yang Panjang
Perjalanan dengan 'bus air' memerlukan waktu yang cukup lama. Misalnya, perjalanan dari Banjarmasin ke Muara Teweh di hulu Sungai Barito memakan waktu sekitar 48 jam atau dua hari dua malam. Ini disebabkan oleh perjuangan melawan arus sungai yang mengalir dari arah hulu sungai Barito di pegunungan Schwaner. Namun, jika perjalanan sebaliknya, dari Muara Teweh ke Banjarmasin di hilir sungai, waktu tempuh dapat berkurang separuh karena kapal mengikuti arus sungai.
Tantangan dan Ketahanan
KM. Pancar Mas II bukan satu-satunya kapal 'bus air' yang melayani masyarakat di sepanjang Sungai Barito. Banyak saudara-saudaranya seperti KM. Sumber Barito, KM. Kembang Indah, KM. Barito Agung, KM. Lutfi Arufah, dan lainnya, telah terpaksa menghentikan operasinya karena berbagai tantangan.
Masa Kejayaan 'Bus Air' di Sungai Barito
Dalam masa kejayaannya, 'bus air' dan kapal penumpang lainnya berperan penting dalam menghubungkan perkampungan di tepi sungai. Sekitar 1970-an hingga 1990-an, akses ke jalan darat di beberapa daerah di Kalimantan masih sulit. Terlebih lagi, desa dan kota di Kalimantan seringkali berada di tepi sungai, sehingga transportasi air menjadi urat nadi mobilitas masyarakat.
Namun, seiring berjalannya waktu dan pembangunan jalan dan jembatan oleh pemerintah, 'bus air' mulai meredup. Banyak warga beralih ke transportasi darat yang lebih cepat dan efisien. Akibatnya, jumlah penumpang menurun, dan pendapatan 'bus air' ikut menurun. Biaya operasional yang besar membuat banyak kapal harus berhenti beroperasi.
Memori dan Peluang di Tengah Perubahan
Meskipun banyak saudara-saudaranya telah berhenti beroperasi, KM. Pancar Mas II masih bertahan dan menjadi tempat berbagai kenangan generasi tua. Banyak guru dan dosen yang mengenang pengalaman berlayar dengan kapal ini, yang telah membantu mereka mengubah nasib dan mendapatkan pendidikan. Bagi mereka, 'bus air' adalah alat penting untuk membentuk masa depan.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Meski perjalanan dengan 'bus air' dianggap menyenangkan, kekurangan fasilitas yang mengurangi kenyamanan menjadi tantangan. KM. Pancar Mas II memiliki peluang besar untuk memperbaiki kualitas pelayanan. Menambahkan lebih banyak tempat tidur, memperbaiki fasilitas, dan meningkatkan pelayanan dapat membuat perjalanan semakin menarik.