Mengurai Masalah Transportasi Umum di Surabaya

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Hamim Septian
Mengurai Masalah Transportasi Umum di Surabaya

Highlight

  • Mengapa Penting:

Transportasi umum adalah tulang punggung mobilitas warga di kota-kota besar seperti Surabaya. Dengan pertumbuhan populasi yang pesat dan kemacetan lalu lintas yang semakin parah, penting untuk memiliki sistem transportasi umum yang efisien dan efektif. Kemacetan adalah masalah serius yang tidak hanya membuang waktu tetapi juga merusak lingkungan.

  • Gambaran Besar:

Surabaya telah berusaha keras untuk menyediakan transportasi umum yang lebih baik. Salah satu proyek ambisius adalah Suroboyo Bus, yang awalnya diharapkan dapat menjadi solusi ramah lingkungan dengan menggunakan sampah plastik sebagai sistem pembayarannya. Namun, kenyataannya belum seperti yang diharapkan. Kemudian, Trans Semanggi juga mulai beroperasi, menawarkan tarif yang lebih terjangkau.

  • Sorotan:

Sayangnya, kendala masih menghadang. Meskipun memiliki konsep menarik, Suroboyo Bus masih memiliki masalah dalam pelaksanaan. Masyarakat harus mengumpulkan sampah plastik terlebih dahulu sebelum bisa naik bus, yang terbukti rumit dan tidak efisien. Terlebih lagi, penumpang yang ingin berpindah dari Suroboyo Bus ke Trans Semanggi harus membeli tiket tambahan, menjadikan perjalanan dengan bus lebih mahal daripada alternatif lain.

  • Perspektif Luas:

Saat ini, kendala-kendala yang ada dalam transportasi umum di Surabaya adalah:

- Koridor dan Rute Terbatas: Suroboyo Bus dan Trans Semanggi hanya melintasi jalan-jalan utama dan pusat kota. Ini membuat warga yang tinggal di daerah pinggiran kesulitan menggunakan transportasi umum.

- Tidak Memiliki Jalur Sendiri: Kedua layanan ini terjebak kemacetan karena mereka berbagi jalur dengan kendaraan pribadi. Hal ini mengakibatkan waktu tempuh yang lama dan ketidaktepatan waktu kedatangan di halte.

- Halte yang Kurang Memadai: Halte-halte yang ada hanya dilengkapi dengan kanopi dan tempat duduk di jalan-jalan utama. Sementara halte di daerah lain hanya berupa plang kecil 'bus stop' yang kurang nyaman.

  • Perspektif Mendalam:

Untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya perlu melakukan langkah-langkah konkret. Perlu ada peningkatan anggaran transportasi umum untuk memperluas rute dan armada bus. Fasilitas di halte juga perlu ditingkatkan agar lebih nyaman bagi penumpang, minimal dengan adanya kanopi yang dapat melindungi penumpang dari panasnya matahari.

Selain itu, integrasi antara Suroboyo Bus dan Trans Semanggi perlu ditingkatkan, sehingga penumpang dapat dengan mudah berpindah dari satu layanan ke layanan lain tanpa harus membeli tiket tambahan. Dengan langkah konkret ini, kemacetan lalu lintas di Surabaya dapat berkurang, dan transportasi umum akan menjadi pilihan yang lebih menarik bagi warga.

  • Kilas Balik:

Sementara ide-ide inovatif telah diperkenalkan dalam transportasi umum Surabaya, tantangan-tantangan yang dihadapi masih besar. Dalam prakteknya, transportasi umum yang baik bukan hanya menawarkan konsep menarik, tetapi juga pelayanan yang memadai.  

 

Baca Juga : Tambal Sulam Transportasi Publik Surabaya

 

Transportasi Umum Surabaya: Dari Mimpi Trem Hingga Suroboyo Bus

 

Sejarah Mimpi Membangun Trem dan MRT

Ketika Jakarta memulai proyek busway pada 2004, Surabaya memimpikan pembangunan trem dan MRT sebagai alternatif. Kota ini memiliki jalur trem warisan Belanda yang memadai. Sayangnya, hingga saat ini, mimpi membangun trem dan MRT di Surabaya belum terwujud.

Ketika Risma memimpin, keinginan membangun trem semakin kuat. Surabaya bahkan menolak bantuan bus dari Kementerian Perhubungan dengan keyakinan bahwa transportasi berbasis rel lebih cocok. Namun, rencana ini hanya sebatas wacana, tanpa tindakan konkret yang mengikutinya. Pada tahun 2018, Risma justru meluncurkan Suroboyo Bus, bus yang diharapkan bisa mengurangi kemacetan.

Suroboyo Bus

Kelahiran Suroboyo Bus mendapat perhatian besar, disebut sebagai bus ramah lingkungan yang pertama di Indonesia. Sistem pembayaran dengan sampah plastik terdengar inovatif, tetapi dalam praktiknya, sistem ini terbukti rumit dan merepotkan penumpang.

Bayangkan, warga Surabaya harus mengumpulkan sampah plastik terlebih dahulu sebelum bisa naik bus. Ini jelas tidak efisien dan menyulitkan. Alih-alih menjadi solusi transportasi umum yang handal, Suroboyo Bus lebih cocok sebagai sarana wisata dengan rute dan armada yang terbatas.

Kebijakan Silih Berganti

Pada tahun 2020, saat Tri Risma digantikan oleh Eri Cahyadi, aturan wajib menggunakan sampah plastik untuk pembelian tiket Suroboyo Bus dihapuskan dan digantikan uang elektronik. Tindakan ini seharusnya memudahkan penumpang. Selain itu, Trans Semanggi, yang dioperasikan oleh Kementerian Perhubungan, juga mulai beroperasi di Surabaya pada 31 Desember 2021 dengan tarif yang lebih terjangkau.

Meskipun Trans Semanggi diharapkan dapat menyempurnakan layanan Suroboyo Bus, kedua layanan ini belum mampu mengurangi kemacetan di Surabaya. Rata-rata penumpang harian Suroboyo Bus pada tahun 2022 hanya mencapai 2.728 orang, sementara Trans Semanggi mencapai 890.000 orang dalam sebelas bulan.

Tantangan di Balik Layanan Transportasi Umum di Surabaya

Terlepas dari usaha Pemerintah Kota Surabaya untuk menyediakan transportasi umum yang memadai, banyak tantangan yang masih perlu diatasi. Berikut beberapa di antaranya:

1. Koridor dan Rute Terbatas

Suroboyo Bus dan Trans Semanggi memiliki rute dan koridor yang terbatas, hanya melintasi jalan-jalan utama dan pusat kota. Hal ini menyulitkan warga yang tinggal di daerah pinggiran. Bagaimana warga Surabaya bisa menggunakan bus jika bus tersebut tidak mencapai lokasi yang ingin mereka tuju?

2. Tidak Memiliki Jalur Sendiri

Kedua layanan ini terjebak kemacetan karena berbagi jalur dengan kendaraan lain. Waktu tempuh bus seringkali lama, dan sering terlambat di setiap halte. Akibatnya, pengalaman menggunakan bus tidak jauh berbeda dengan kendaraan pribadi.

3. Halte yang Kurang Memadai

Jarak antara halte bus yang terlalu jauh dan fasilitas yang kurang memadai adalah masalah serius. Hanya halte di jalan-jalan utama yang dilengkapi kanopi dan tempat duduk, sementara halte lainnya hanya berupa plang kecil 'bus stop' yang dipasang di tiang listrik.

4. Belum Terintegrasi

Suroboyo Bus dan Trans Semanggi belum terintegrasi satu sama lain. Penumpang yang ingin berpindah dari satu layanan ke layanan lain harus membeli tiket tambahan, menjadikan perjalanan dengan bus lebih mahal daripada alternatif seperti ojek daring.

Solusi untuk Kemacetan di Surabaya

Untuk mengatasi kemacetan di Surabaya, perlu tindakan nyata. Pemkot Surabaya harus meningkatkan anggaran transportasi umum untuk memperluas armada dan rute bus. Fasilitas di halte juga perlu ditingkatkan, minimal dengan kanopi untuk melindungi penumpang dari panasnya matahari.

Selain itu, integrasi antara Suroboyo Bus dan Trans Semanggi perlu ditingkatkan untuk memberikan lebih banyak opsi kepada penumpang. Dengan tindakan konkret ini, kita berharap kemacetan lalu lintas di Surabaya dapat berkurang, dan transportasi umum menjadi pilihan yang lebih menarik bagi warga.