Presiden Kedua Suharto

Penulis: Hamim Septian
Editor: Achmad Susanto
Presiden Kedua Suharto

Highlight

  • Mengapa Penting:

Kehidupan Suharto memiliki dampak yang signifikan dalam sejarah Indonesia. Pemerintahannya selama tiga dekade memberikan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan kontroversi terkait otoritarianisme dan korupsi.

  • Gambaran Besar:

Suharto, seorang perwira militer, lahir pada 8 Juni 1921 dan memimpin Indonesia sebagai presiden dari 1967 hingga 1998. Kariernya mencakup perjuangan melawan kudeta PKI pada 1965 dan kebijakan ekonomi "Orde Baru" yang mendorong pertumbuhan.

  • Sorotan:

  1. Suharto mengambil alih kendali pada 1966 setelah menghancurkan kudeta PKI.
  2. Kebijakan "Orde Baru" mendorong pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik.
  3. Otoritarianisme dan kontroversi terkait penyalahgunaan kekuasaan dan distribusi kekayaan yang tidak adil.
  • Perspektif Luas:

Suharto menciptakan era pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, tetapi juga melibatkan pemerintahan otoriter dengan kendali militer yang mendalam. Kebijakannya mempengaruhi hubungan luar negeri dan memberikan stabilitas, tetapi juga menyebabkan ketidaksetaraan sosial dan ekonomi.

  • Perspektif Mendalam:

Pengaruh Suharto dapat dilihat dalam pembangunan ekonomi, penekanan pada stabilitas politik, dan kebijakan luar negeri yang kontroversial. Namun, tindakan otoriter dan penyalahgunaan kekuasaan juga menciptakan ketidaksetaraan dan ketegangan sosial.

  • Kilas Balik:

Pada 1997, krisis ekonomi melanda Indonesia, mengungkapkan kekacauan dalam fondasi ekonomi yang telah dibangun oleh Suharto . Protes anti-pemerintah pada 1998 memaksa Suharto mengundurkan diri, mengakhiri tiga dekade pemerintahannya.


Profil Suharto: Pemimpin Strategis Indonesia yang Membentuk Sejarah Bangsa

Awal Kehidupan dan Karir Militer

Sebagai anak seorang pejabat rendahan dan pedagang di Yogyakarta, Suharto bercita-cita menjadi militer sejak muda. Setelah lulus dari sekolah tinggi dan bekerja sebagai pegawai bank, ia bergabung dengan tentara kolonial Belanda dan kemudian, setelah penaklukan Jepang pada 1942, bergabung dengan pasukan pertahanan rumah yang disponsori Jepang, menerima pelatihan sebagai perwira.

Peran Kunci dalam Sejarah Indonesia

Peran kunci Suharto muncul pada 30 September 1965, ketika upaya kudeta oleh sejumlah perwira militer sayap kiri mengancam stabilitas nasional. Suharto berhasil melawan kudeta tersebut, dan dalam bulan-bulan berikutnya membantai komunis dan kaum kiri dalam kehidupan publik.

Pada 12 Maret 1966, Suharto mengambil alih kendali pemerintahan Indonesia. Ia melarang PKI dan merumuskan kebijakan baru untuk menstabilkan ekonomi dan kehidupan politik negara. Pada Maret 1967, ia diangkat sebagai presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan pada Maret 1968, terpilih sebagai presiden untuk periode lima tahun.

Kebijakan "Orde Baru" dan Perekonomian Indonesia

Sebagai presiden, Suharto menerapkan kebijakan yang disebut "Orde Baru," dengan mengandalkan ekonom Indonesia yang terdidik di Amerika untuk menyegarkan ekonomi Indonesia. Investasi Barat dan bantuan luar negeri didorong, dan produksi minyak dalam negeri diperluas. Pada 1972, Suharto berhasil mengembalikan pertumbuhan ekonomi yang stabil sambil mengurangi inflasi tahunan dari 630 persen pada 1966 menjadi kurang dari 9 persen.

Kebijakan Luar Negeri dan Kontroversi

Di bidang luar negeri, Suharto mengadopsi sikap anti-komunis dan pro-Barat. Indonesia bergabung kembali dengan PBB, dan pada 1967 menjadi anggota pendiri Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN). Namun, kontroversi muncul pada thun 1976 ketika Indonesia secara paksa mengannex koloni Portugal, Timor Timur, meskipun mendapat penolakan internasional.

Otoritarianisme dan Pertumbuhan Ekonomi

Meskipun Suharto mempertahankan bentuk konstitusional, pemerintahannya pada dasarnya adalah rezim otoriter yang didasarkan pada kekuatan militer. Sebagai kepala angkatan bersenjata dan pemerintahan, Suharto menjaga kendali penuh atas kehidupan politik negara. Partai politik yang disponsori pemerintahnya, Golkar, secara berkala meraih kemenangan telak dalam pemilihan MPR, dan Suharto terpilih kembali sebagai presiden tanpa lawan pada 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Peningkatan Ekonomi vs. Korupsi

Selama tiga dekade berkuasa, ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata 7 persen setiap tahunnya, dan standar hidup meningkat secara signifikan. Namun, kesuksesan ini tercemar oleh distribusi kekayaan yang tidak adil, di mana kelompok elit perkotaan dan lingkaran militer mendapatkan bagian yang tidak proporsional dari keuntungan modernisasi dan pembangunan. Suharto membiarkan keluarga dan teman-temannya mengendalikan sektor-sektor kunci ekonomi dan mengumpulkan kekayaan besar melalui monopoli dan perjanjian perdagangan menguntungkan.

Pada 1990-an, korupsi dan nepotisme yang tidak terkendali mulai mengasingkan kelas menengah dan lingkaran bisnis, meskipun tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi dan kontrol politik pemerintah melindungi Suharto dari oposisi yang nyata. Namun, krisis mata uang pada 1997 dan protes anti-pemerintah pada 1998 akhirnya memaksa Suharto mengundurkan diri.