Presiden Ketiga B.J. Habibie

Penulis: Hamim Septian
Editor: Achmad Susanto
Presiden Ketiga B.J. Habibie

Highlight

  • Mengapa Penting:

Kehidupan B.J. Habibie memiliki signifikansi besar dalam sejarah Indonesia, terutama dalam konteks pengembangan teknologi dan transisi demokrasi di Indonesia pada 1998. Dalam perannya sebagai insinyur pesawat terbang dan Presiden Indonesia, Habibie memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap kemajuan industri dan membentuk fondasi bagi perkembangan ekonomi negara.

  • Gambaran Besar:

Profil B.J. Habibie mencakup perjalanan hidupnya dari kelahiran di Parepare pada 1936 hingga kepemimpinannya sebagai Presiden Indonesia pada 1998-1999. Latar belakang pendidikannya di Institut Teknologi Bandung dan studi lanjutan di Jerman memperkuat pengetahuan teknisnya, yang kemudian diterapkan dalam pengembangan industri lanjutan di Indonesia.

  • Sorotan:

  1. Pendidikan dan Karir Awal: Kecerdasan Habibie dalam sains dan matematika sejak kecil, pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung, dan karir awalnya sebagai peneliti aeronautika di Jerman.
  2. Peran Kunci dalam Pengembangan Industri: Undangan Suharto untuk membantu membangun industri lanjutan, perannya di Pertamina, dan kemudian sebagai menteri riset yang mengawasi proyek-proyek strategis.
  3. Kontribusi terhadap Kemajuan Teknologi: Desain pesawat pertama Indonesia pada 1993, mencerminkan keyakinannya pada kemajuan teknologi di sektor swasta.
  4. Reformasi Politik dan Kepemimpinan Presiden: Pengangkatan sebagai Wakil Presiden dan reformasi besar setelah pengunduran diri Suharto, termasuk pemilihan umum bebas dan batasan masa jabatan presiden.
  5. Pengumuman Timor Timur dan Pensiun dari Politik: Keputusan penting terkait Timor Timur pada 1999 dan pensiun dari politik, diikuti dengan pendirian Habibie Center.
  • Perspektif Luas:

Dalam perspektif luas, Habibie bukan hanya seorang politisi, tetapi juga inovator dan visioner yang berkontribusi pada kemajuan teknologi. Pemikirannya yang maju mengarah pada terciptanya industri teknologi tinggi di Indonesia, meningkatkan daya saing negara di tingkat global.

  • Perspektif Mendalam:

Profil Habibie memperlihatkan dedikasinya terhadap pengembangan industri dan teknologi Indonesia. Sebagai pemimpin, ia berhasil mengimplementasikan reformasi politik yang signifikan, membuka jalan bagi demokrasi dan kebebasan pers di negara ini.

  • Kilas Balik:

Dengan mengenang perjalanan hidupnya, B.J. Habibie meninggalkan warisan yang tak terhapuskan dalam sejarah Indonesia. Pemikirannya yang progresif dan langkah-langkah berani selama masa pemerintahannya telah membentuk fondasi bagi kemajuan negara ini di abad ke-21.

 

Baca juga:
Gonjang-ganjing Politik Dinasti
Fatwa Golput Haram MUI, Masihkah Relevan?
Kenapa Megawati Belakangan Suka Ngeselin?

 


B.J. Habibie: Profil, Pemimpin Visioner, dan Peran Penting dalam Pengembangan Teknologi Indonesia

Latar Belakang Pendidikan dan Karir Awal

B.J. Habibie lahir pada 25 Juni 1936, di Parepare, Indonesia, dan menunjukkan kecerdasan dalam sains dan matematika sejak kecil. Ia menyelesaikan pendidikan tingginya di Institut Teknologi Bandung, Indonesia, dan melanjutkan studi di Institut Teknologi North Rhine–Westphalia di Aachen, Jerman Barat. Setelah lulus pada 1960, ia tetap di Jerman Barat sebagai peneliti aeronautika dan supervisor produksi.

Peran Kunci dalam Pengembangan Industri Lanjutan

Pada 1974, Presiden kedua Indonesia, Suharto, mengundang Habibie untuk kembali ke Indonesia dan membantu membangun industri lanjutan. Awalnya ditugaskan di perusahaan minyak negara, Pertamina, Habibie kemudian menjadi penasihat pemerintah dan kepala perusahaan dirgantara baru pada 1976. Dua tahun kemudian, ia menjadi menteri riset dan kepala Badan Evaluasi dan Penerapan Teknologi.

Kontribusi terhadap Kemajuan Teknologi Indonesia

Sebagai menteri riset, Habibie mengawasi berbagai proyek dalam produksi dan transportasi mesin berat, baja, peralatan elektronik dan telekomunikasi, serta senjata dan amunisi. Keyakinannya bahwa usahanya akan melahirkan perusahaan berbasis teknologi tinggi di sektor swasta mendorongnya untuk merancang pesawat pertama yang dikembangkan Indonesia pada 1993.

Perubahan Politik dan Kepemimpinan Presiden

Pada Maret 1998, Suharto menunjuk Habibie sebagai Wakil Presiden, dan dua bulan kemudian, setelah kekerasan massal di Jakarta, Suharto mengumumkan pengunduran dirinya. Habibie yang tiba-tiba menjadi presiden segera melaksanakan reformasi besar. Ini termasuk pengangkatan kabinet baru, pembebasan tahanan politik, pemilihan umum bebas, dan batasan masa jabatan presiden.

Pengumuman Timor Timur dan Pensiun dari Politik

Pada 1999, Habibie mengumumkan bahwa Timor Timur dapat memilih antara otonomi khusus dan kemerdekaan. Namun, provinsi tersebut memilih kemerdekaan. Setelah pemilihan umum bebas pada Juni, Habibie mencalonkan diri sebagai presiden, tetapi mundur sebelum pemilihan Oktober yang dimenangkan oleh Abdurrahman Wahid. Setelah Wahid menjabat, Habibie mundur dari politik dan mendirikan Habibie Center pada 2000, sebuah institut penelitian politik.