Sejarah Alas Roban Abad ke-17

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Hamim Septian
Sejarah Alas Roban Abad ke-17

Highlight

  • Kenapa Alas Roban Angker?

Alas Roban dikenal angker karena dalam proses kerja rodi yang berat di era Daendels, banyak nyawa yang melayang, dan Alas Roban menjadi tempat yang menyimpan mayat para korban. Akibatnya, reputasi Alas Roban sebagai tempat yang angker pun terkenal di era tersebut.

  • Mengapa Penting:

Alas Roban, sebuah hutan yang terletak di wilayah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya setempat. Kisah-kisah yang mengelilingi Alas Roban menjadi penting karena mencerminkan hubungan manusia dengan alam, mitos, dan realitas yang berkembang dalam masyarakat, serta pengaruh modernitas terhadap pandangan manusia terhadap alam.

  • Gambaran Besar: 

Kisah Ki Bahurekso, seorang tokoh pahlawan yang memainkan peran kunci dalam menaklukkan hutan ini pada abad ke-17. Dengan perintah dari Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram, Ki Bahurekso membuka hutan Alas Roban untuk mengamankan pasokan logistik dalam menghadapi serangan Belanda di Batavia. Cerita ini adalah bagian dari sejarah perjuangan panjang yang melibatkan Alas Roban.

  • Sorotan:

Mitos dan cerita supranatural telah menghiasi Alas Roban selama berabad-abad. Wilayah ini seringkali dipandang sebagai tempat angker yang dihuni oleh roh-roh jahat. Cerita-cerita mistik ini telah membentuk bagian penting dari identitas Alas Roban dan memengaruhi cara masyarakat melihatnya. Terlepas dari aspek horornya, Alas Roban adalah pusat cerita-cerita yang kaya dan bervariasi.

  • Perspektif Luas:

Pendekatan ekokritik memungkinkan kita melihat hubungan antara manusia dan alam melalui lensa cerita-cerita rakyat, termasuk penaklukan Alas Roban oleh Ki Bahurekso. Dwi Ario Fajar dari Universitas Pekalongan membawa perspektif yang menarik melalui papernya. Ia mengulas bagaimana kisah penaklukan ini mencerminkan hubungan subordinasi manusia terhadap alam.

  • Perspektif Mendalam:

Cerita-cerita rakyat yang melibatkan hutan-hutan angker sering menonjolkan konflik dan mengabaikan nilai-nilai terkait manusia dan alam. Namun, Alas Roban juga merupakan cermin tentang bagaimana manusia memandang alam sebagai subjek yang bisa diajak berkomunikasi dan berdampingan.

  • Kilas Balik:

Alam di sekitar Alas Roban sering kali dianggap sakral, dan hal ini mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat. Ritual ruwatan yang dilakukan di malam Jumat Kliwon mencerminkan nilai spiritual dan ekonomi dalam budaya masyarakat Batang. Masyarakat mencari berkah dan rezeki, sambil tetap menghormati entitas alam di sekitar mereka.

 

Baca Juga : Alas Roban Bukan Cuma Horor

 

Kenapa Alas Roban Angker?

Kisah Ki Bahurekso dan Penaklukan Alas Roban

Salah satu cerita terkemuka yang mengelilingi Alas Roban adalah kisah Ki Bahurekso, seorang tokoh yang memainkan peran sentral dalam menaklukkan hutan ini pada abad ke-17. Ki Bahurekso, atas perintah Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram, membuka hutan Alas Roban untuk mengamankan pasokan logistik dalam menghadapi serangan Belanda di Batavia. Ini adalah bagian dari sejarah panjang perjuangan yang melibatkan tempat ini.

Mitos dan Realitas

Mitos dan cerita supranatural telah mewarnai Alas Roban selama berabad-abad. Orang-orang di sekitarnya sering memandangnya sebagai tempat yang angker, dihuni oleh roh-roh jahat. Cerita-cerita mistik ini telah menjadi bagian integral dari identitas Alas Roban dan membentuk cara orang memandangnya.

Ekokritik dan Cerita Rakyat

Dalam sebuah pendekatan ekokritik, cerita-cerita seperti penaklukan Alas Roban oleh Ki Bahurekso dapat dilihat sebagai representasi dari hubungan antara manusia dan alam. Sebuah paper karya Dwi Ario Fajar dari Universitas Pekalongan memberikan perspektif menarik terkait hal ini. Dia mengulas bagaimana kisah penaklukan hutan ini mencerminkan subordinasi manusia terhadap alam.

Keseimbangan dalam Cerita Rakyat

Cerita rakyat yang melibatkan hutan-hutan angker seringkali lebih menonjolkan adegan pertarungan daripada nilai-nilai kompleks yang terlibat dalam mediasi manusia dengan entitas alam. Dalam hal ini, Alas Roban juga menjadi sebuah cermin tentang bagaimana kita memandang alam sebagai subjek yang bisa diajak berkomunikasi dan berdampingan.

Ruwat dan Nilai Spiritual Alas Roban

Alam yang dianggap sakral di sekitar Alas Roban memiliki konsekuensi etik dalam kehidupan masyarakat setempat. Ritual ruwatan yang sering dilakukan di malam Jumat Kliwon menjadi bagian dari kehidupan dan budaya masyarakat Batang. Ini mencerminkan nilai spiritual dan ekonomi, di mana masyarakat mencari berkah dan rezeki, sambil menghormati entitas alam.

Kepercayaan dalam Entitas Alam

Masyarakat setempat meyakini bahwa alam, seperti pohon, sungai, dan gunung, memiliki jiwa dan keberadaan yang bisa berkomunikasi dengan manusia. Bahkan dalam kisah-kisah mistik Alas Roban, ada elemen kerja sama antara manusia dan entitas alam dalam membangun dan menjaga peradaban.

Refleksi Terhadap Modernitas

Dalam upaya untuk memahami alam dengan lebih dalam dan seimbang, pengarang dan peneliti harus merenungkan kembali cerita-cerita rakyat seperti Ki Bahurekso. Penggunaan pendekatan ekokritik dapat membantu melihat kedalaman dalam hubungan manusia dengan alam. Melalui ulang cerita-cerita rakyat dan memberikan perspektif yang lebih berimbang, kita bisa melihat bahwa manusia dan non-manusia dapat hidup berdampingan. Ini mencerminkan penghormatan manusia terhadap alam dan usaha mereka untuk tetap menjaga keselarasan di Alas Roban.