Sejarah Fast Fashion

Penulis: Hamim Septian
Editor: Achmad Susanto
Sejarah Fast Fashion

Highlight

  • Mengapa Penting:

Fast fashion memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan dan kesejahteraan pekerja. Menyadari urgensi untuk mengubah perilaku konsumen dan praktik industri menjadi lebih berkelanjutan adalah langkah krusial dalam menjaga bumi dan melindungi pekerja di sektor garmen.

  • Gambaran Besar:

Industri fast fashion, dengan fokus pada produksi cepat pakaian murah, telah berkembang pesat sejak 1970-an. Model bisnis ini menciptakan tantangan besar terkait dampak lingkungan dan eksploitasi pekerja. 

  • Sorotan:

- Fast fashion sebagai model produksi pakaian murah dan berkualitas rendah.

- Sejarah perkembangan industri fast fashion dari tahun 1970-an hingga saat ini.

- Dampak lingkungan, termasuk emisi karbon, penggunaan air, dan limbah tekstil.

- Eksploitasi pekerja di negara-negara produsen, dengan fokus pada kondisi kerja yang tidak adil.

  • Perspektif Luas:

Dari perspektif luas, fast fashion bukan hanya masalah mode, tetapi juga permasalahan global yang melibatkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan melihatnya dari sudut pandang yang lebih luas, kita dapat memahami betapa kompleksnya dampak industri ini.

  • Perspektif Mendalam:

Melihat perspektif mendalam, kita akan mengupas dampak lingkungan fast fashion, termasuk kontribusinya terhadap emisi karbon, penggunaan air, dan masalah limbah tekstil. Eksploitasi pekerja juga akan dianalisis lebih rinci, termasuk kondisi kerja dan upah di negara-negara produsen.

  • Kilas Balik:

Kilas balik pada sejarah fast fashion menjadi kunci untuk memahami bagaimana industri ini tumbuh dan berkembang menjadi apa yang kita kenal saat ini. Dengan melihat masa lalu, kita dapat mengidentifikasi titik kritis dan pelajaran yang dapat diambil untuk merancang masa depan industri fashion yang lebih berkelanjutan.

 

Baca juga:
Shin Japan Universe, Gado-gado Karya Hideaki Anno
Bocchi the Rock!
Jurus Jitu A la Anime Supaya 2023 Makin Grindset



Dampak dan Solusi Fast Fashion

Sejarah Fast Fashion

Model fast fashion muncul pada tahun 1970-an ketika pengecer mulai mengekspor produksi ke berbagai negara, terutama di Asia, di mana mereka dapat membayar upah lebih rendah. Pada tahun 1990-an, fast fashion merajalela dengan peningkatan produksi untuk mengikuti tren. Sebelumnya, koleksi pakaian baru dapat diharapkan empat kali setahun, tetapi dengan fast fashion, konsumen sekarang dapat mengharapkan garis pakaian baru lebih sering, beberapa merek menghasilkan 36 koleksi setiap tahun.

Dampak Fast Fashion pada Lingkungan

Fast fashion memiliki dampak lingkungan yang signifikan selama dan setelah produksi. Industri mode secara keseluruhan bertanggung jawab atas 10 persen emisi karbon, menggunakan banyak air, dan menghasilkan limbah tekstil. Fast fashion, dengan harga rendah dan barang berkualitas buruk, mendorong konsumen untuk membuang pakaian meskipun hanya dipakai beberapa kali. Pakaian ini akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah di seluruh dunia, termasuk "kuburan pakaian" di Gurun Atacama, Chile. Selain itu, bahan sintetis yang digunakan oleh fast fashion, seperti polyester, nilon, dan akrilik, tidak dapat terurai dan akan tetap ada di tempat pembuangan selama berabad-abad.

Eksploitasi Pekerja

Selain dampak lingkungan, fast fashion cenderung mengeksploitasi pekerja yang bertanggung jawab atas produksinya. Sebagian besar produksi pakaian dilakukan di Global Selatan, termasuk negara-negara pascakolonial di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan, di mana buruh memiliki sedikit perlindungan terhadap jam kerja panjang dan upah yang tidak adil. Banyak bekerja 16 jam setiap hari, mendapatkan sedikit uang, dan menghadapi pembalasan jika menolak bekerja lembur.

Menemukan Solusi

Konsumen dapat memainkan peran penting dalam mengurangi dampak fast fashion dengan menerapkan konsep "slow fashion" yang melibatkan lebih sedikit pembelian dan produknya berkualitas tinggi. Meskipun lebih mahal, pakaian tersebut dapat bertahan lebih lama. Setelah selesai menggunakan pakaian, konsumen dapat mendonasikannya daripada membuangnya untuk membantu mengalihkan tekstil dari tempat pembuangan.

Pengecer juga telah mengambil langkah-langkah untuk memoderasi kerusakan yang disebabkan oleh fast fashion. Beberapa merek sekarang menawarkan koleksi berkelanjutan, tetapi karena tidak ada pengawasan atau konsensus tentang apa yang merupakan keberlanjutan, legitimasi klaim bahwa item ini lebih baik untuk lingkungan masih diperdebatkan.

Selain itu, beberapa pengecer, seperti H&M, telah mulai menerima pakaian bekas dengan memberikan voucher belanja sebagai imbalannya. Barang-barang ini kemudian dijual bekas, digunakan kembali untuk produk pakaian lain, atau dihancurkan dan didaur ulang untuk insulasi dan bantalan furnitur.

Dengan memahami dampak fast fashion dan menerapkan solusi ini, kita dapat bersama-sama berkontribusi untuk menjaga bumi dan meningkatkan kondisi hidup para pekerja garmen di seluruh dunia.