Menyusuri Jejak Angkot di Kota Bandung

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Hamim Septian
Menyusuri Jejak Angkot di Kota Bandung

Highlight

  • Mengapa penting:

Harga tarif angkot adalah bagian dari sejarah transportasi umum di Bandung yang perlu dikenang. Tarif dan dinamika angkot pada masa itu memengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk Bandung.

  • Gambaran besar:

Pada awal tahun 1990-an, harga tarif angkot mungkin hanya sekitar Rp50,- untuk perjalanan dekat. Ini menggambarkan betapa murahnya biaya transportasi umum pada masa itu dibandingkan dengan standar harga makanan sehari-hari, seperti tiga hingga empat gorengan yang bisa dibeli dengan uang Rp100,-.

  • Sorotan:

  1. Aturan Dasar Tarif Angkot Bandung di Masa Lalu: Pada masa itu, aturan dasar tarif angkot terasa lebih sederhana dan lebih seragam dibandingkan dengan kerumitan tarif yang ditemui saat ini.
  2. Peran Kenek dalam Variasi Tarif: Keberadaan kenek pada angkot juga memengaruhi harga tarif yang berpotensi berbeda. Sopir angkot kadang-kadang menagih ongkos lebih, terutama jika ada kenek yang ikut.
  3. Penggunaan Frasa Unik di Angkot: Di Bandung, penumpang sering menggunakan frasa unik seperti "Bang Kiri Bang, Aye Turun di Depan!" yang terinspirasi dari lagu "Maung Lautan Api" untuk meminta angkot berhenti. Cermin budaya khas Bandung.
  • Perspektif luas:

Angkot bukan hanya soal tarif, tapi juga soal budaya dan cerita menarik di balik setiap perjalanan. Pada jam pulang sekolah dan berangkat kerja, angkot menjadi tempat interaksi sosial.

  • Perspektif mendalam:

  1. Kisah Cinta di Atas Angkot: Angkot juga menjadi saksi banyak kisah cinta di Bandung. Para penumpang muda sering menjalin hubungan di atas angkot, bahkan ada yang memilih jurusan angkot yang jaraknya agak jauh dari tempat tujuan asal mereka bisa bersama gebetan atau pacar.
  2. Tantangan dan Kendala: Meskipun angkot memiliki banyak kenangan manis, ada juga tantangan dan kendala yang perlu diakui. Kebiasaan "ngetém" di mana penumpang harus menunggu angkot penuh sebelum berangkat menyebabkan ketidaknyamanan. Selain itu, ada juga soal keamanan dan perilaku sopir yang ugal-ugalan.
  • Kilas balik:

Transportasi umum di Bandung telah mengalami transformasi. Teknologi modern membawa moda transportasi daring seperti taksi online yang menggantikan peran angkot. Proyek besar seperti Trans Metro Pasundan juga telah merubah wajah transportasi umum di kota ini, menciptakan masa depan yang cerah bagi mobilitas penduduk Bandung.

 

Baca Juga : Hey, Makan Tuh Angkot! Bokbrokna Transportasi Umum Bandung

 

Angkot Bandung: Kisah Panjang di Kota Kembang

 

Kenangan tentang Harga Tarif Angkot

Harga tarif angkot pada masa itu bukanlah hal yang saya perhatikan dengan cermat. Namun, jika kita bandingkan dengan harga-harga barang harian, dengan uang Rp100,- kita bisa mendapatkan tiga hingga empat gorengan pada awal tahun 1990-an. Maka, tarif angkot pada waktu itu mungkin sekitar Rp50 untuk jarak dekat.

Pada masa itu, aturan dasar tarif angkot terasa jauh dari kegaduhan yang kita temui saat ini. Selain itu, tarif juga relatif seragam untuk jurusan lainnya. Pokoknya, modal Rp100 seharusnya sudah lebih dari cukup untuk sekadar antar-jemput.

Variasi Tarif Angkot dan Peran Kenek

Harga tarif angkot juga bisa berpotensi berbeda jika ada kenek. Beberapa sopir di Bandung cukup dibilang “Caket, A!” (dekat-red) ketika ditagih ongkos lebih. Beda kalau angkot sudah ada keneknya. Biasanya lebih banyak drama entah tkarena arifnya beda, atau kembalian yang ditahan dan supirnya kelupaan.

Soal tarif ini terkadang dimanfaatkan juga oleh “pengiklan”. Biasanya di pintu untuk penumpang belakang ada tumpukan stiker (entah tempat kursus atau layanan lain) dengan tulisan tarif angkotnya. Jika ini kejadian sekarang, mungkin sudah dimonetisasi oleh layanan iklan berjalan.

Perjalanan Unik di Angkot Bandung

Begitu juga dengan sub judul unik "Bang Kiri Bang, Aye Turun di Depan!" yang terinspirasi dari lagu "Maung Lautan Api." Kata-kata seperti ini menjadi ciri khas di Bandung, di mana penumpang sering menggunakan frasa "Kiri" atau "Payun" untuk meminta angkot berhenti.

Dalam sejarah angkot Bandung, kita juga pernah melihat angkot-angkot yang menggunakan bel sebagai tanda berhenti, meskipun kadang hanya menjadi pajangan. Ini salah satu kisah unik di balik setiap perjalanan angkot.

Angkot dan Kisah Cinta

Bandung juga dikenal sebagai kota dengan banyak kisah cinta di atas angkot. Para penumpang muda sering meramaikan angkot, terutama pada jam pulang sekolah dan berangkat kerja. Tak jarang, angkot juga menjadi tempat berkumpul para mahasiswi dan karyawati yang menggunakan moda transportasi ini.

Tak hanya itu, banyak pasangan muda-mudi Bandung yang menjalin kisah cinta di atas angkot. Beberapa bahkan memilih jurusan angkot yang sedikit menjauh dari tujuan asal mereka demi bisa bersama gebetan atau pacar.

Tantangan dan Kendala di Angkot Bandung

Meskipun angkot memiliki banyak kenangan manis, tak dapat dipungkiri bahwa ada sisi gelap dalam moda transportasi ini. Salah satu hal yang umum adalah kebiasaan "ngetém," di mana penumpang harus bersabar menunggu angkot penuh sebelum berangkat. Hal ini seringkali memancing emosi dan rasa tidak nyaman.

Masalah keamanan juga menjadi perhatian serius bagi pengguna angkot Bandung. Pencopetan dan insiden serupa masih terjadi hingga saat ini. Selain itu, ada juga masalah perilaku sopir angkot yang seringkali ugal-ugalan di jalan, menghalangi lalu lintas, dan melanggar aturan lalu lintas.

Transformasi Moda Transportasi Umum

Walaupun angkot memiliki banyak tantangan, transportasi umum di Bandung saat ini telah mengalami transformasi. Kemajuan teknologi telah membawa moda transportasi daring, seperti taksi online, yang menggantikan peran angkot. Selain itu, proyek besar seperti Trans Metro Pasundan juga turut merubah wajah transportasi umum di kota ini.