Rasisme di Korea Selatan: Peringkat ke-9 Negara Paling Rasis

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Hamim Septian
Rasisme di Korea Selatan: Peringkat ke-9 Negara Paling Rasis

Highlight

  • Apa penyebab utama rasisme di Korea Selatan?

Penyebab utama rasisme di Korea Selatan adalah ketidakpahaman dan ketakutan terhadap hal yang berbeda, serta pengaruh media dan pendidikan.

  • Bagaimana pemerintah Korea Selatan menangani masalah rasisme?

Pemerintah Korea Selatan telah berusaha mengatasi masalah rasisme dengan berbagai cara, termasuk mengajukan RUU anti-diskriminasi, meskipun belum ada yang disahkan.

  • Apa saja industri yang sangat bergantung pada pekerja asing di Korea Selatan?

Industri yang sangat bergantung pada pekerja asing di Korea Selatan termasuk manufaktur, pertanian, perikanan, konstruksi, dan layanan.

  • Mengapa RUU anti-diskriminasi di Korea Selatan belum disahkan?

RUU anti-diskriminasi di Korea Selatan belum disahkan karena berbagai alasan, termasuk resistensi dari kelompok konservatif dan kurangnya dukungan politik.

 

Baca juga:
Punk Vs. Konservatisme Korea Selatan
Masyarakat Korsel Obsesif dengan Tinggi Badan
Betapa Menyedihkan Menjadi Band Glam Rock di Korea Selatan

 

Rasisme di Korea Selatan

Rasisme adalah isu global yang terus menjadi sorotan. Salah satu negara yang menjadi sorotan dalam hal ini adalah Korea Selatan. Menurut laporan terbaru dari US News & World Report, Korea Selatan menempati posisi ke-9 dari 79 negara paling rasis di dunia. 

Apa Itu Rasisme?

Rasisme adalah sikap atau tindakan diskriminatif terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan perbedaan ras, suku, atau etnis. Rasisme dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk, mulai dari perlakuan tidak adil, pengucilan, hingga kekerasan fisik atau verbal. Rasisme juga dapat tercermin dalam sistem-sistem sosial, politik, dan ekonomi yang memberikan perlakuan tidak setara terhadap individu atau kelompok berdasarkan ras atau etnisitas mereka. Rasisme merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan mengakibatkan ketidakadilan serta ketegangan antar kelompok dalam masyarakat.

Ditolak Masuk ke Klub

Di Korea Selatan, diskriminasi sering terjadi di tempat-tempat umum seperti klub malam. Banyak warga India dan Pakistan yang ditolak masuk hanya karena warna kulit mereka. Menurut Komisi Hak Asasi Manusia Nasional Korea (NHRCK), diskriminasi ini sering kali terkait dengan status ekonomi negara asal.

Contoh: Orang Korea lebih mungkin mendiskriminasi orang kulit hitam dari negara berkembang dibandingkan dengan orang kulit hitam dari Amerika Serikat.

Peringkat 9 Negara Paling Rasis

Menurut laporan US News & World Report, Korea Selatan adalah negara paling rasis ke-9 dari 79 negara di dunia. Sebuah survei yang dilakukan oleh Segye Ilbo terhadap 207 warga negara asing yang tinggal di Korea menunjukkan hasil yang mencengangkan.

Hasil survei:

  • 69,1% mengalami diskriminasi atau menjadi sasaran kebencian
  • 32,9% mengalami diskriminasi tidak langsung seperti tatapan bermusuhan
  • 16,4% menerima penghinaan pribadi
  • 10,6% menerima perlakuan tidak adil seperti diskriminasi upah
  • 3,4% menerima serangan fisik

Tergantung Negara Asal

Rasisme di Korea Selatan sangat bergantung pada negara asal seseorang. Laporan dari NHRCK menunjukkan bahwa dari 310 responden, orang Korea Selatan cenderung mendiskriminasi berdasarkan:

  • 56,8% negara asal
  • 36,9% tingkat ekonomi

Cara orang Korea memperlakukan orang asing juga tergantung dari mana mereka berasal, apakah dari negara maju atau bukan. Mereka cenderung memandang orang asing pertama kali berdasarkan warna kulit, kemudian berdasarkan negara asal.

Percakapan di Platform Indosarang

Sebuah skandal besar terungkap melalui tangkapan layar percakapan di situs web Indosarang, sebuah platform online bagi para tenaga kerja Korea Selatan di Indonesia. Dalam percakapan tersebut, sejumlah pekerja Korea Selatan mengeluarkan komentar kasar dan merendahkan orang Indonesia. Tindakan rasisme ini memicu kemarahan dan keprihatinan banyak pihak. Masyarakat dan berbagai organisasi segera mengecam perilaku tidak pantas tersebut, menuntut permintaan maaf resmi serta tindakan tegas terhadap pelaku. Pemerintah dan perusahaan terkait juga didesak untuk mengambil langkah-langkah konkret guna mencegah insiden serupa di masa depan, sekaligus memperkuat upaya untuk mempromosikan toleransi dan saling menghormati antar budaya.

Upaya Penghapusan Diskriminasi Rasial

Jumlah imigran dan pekerja asing di Korea Selatan terus meningkat. Saat ini, ada sekitar 2,5 juta imigran, yang merupakan 5% dari total populasi. Imigran ini memainkan peran penting dalam berbagai industri seperti manufaktur, pertanian, perikanan, konstruksi, dan layanan.

Pemerintah Korea Selatan harus berusaha lebih keras untuk tidak mendiskriminasi mereka, mengingat pentingnya peran mereka dalam perekonomian negara.

RUU yang Tidak Pernah Disahkan

Sejak tahun 2007, RUU anti-diskriminasi telah diajukan lebih dari selusin kali di Majelis Nasional Korea, namun belum pernah lolos ke tahap akhir. Upaya yang berulang kali ini menunjukkan bahwa meskipun ada kesadaran akan pentingnya melawan diskriminasi, masih terdapat hambatan signifikan dalam proses legislatif. Untuk mengubah masyarakat yang homogen ini menjadi komunitas yang terbuka bagi imigran, Korea perlu undang-undang yang menjamin perlindungan mereka dari diskriminasi rasial. Undang-undang tersebut akan menjadi langkah penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil, di mana semua individu, terlepas dari latar belakang ras atau etnis mereka, dapat hidup dan bekerja tanpa takut akan diskriminasi. 

Mengapa Rasisme Masih Ada?

Rasisme masih ada di Korea Selatan karena berbagai alasan. Salah satunya adalah ketidakpahaman dan ketakutan terhadap hal yang berbeda. Banyak orang Korea yang belum terbiasa dengan kehadiran warga asing, terutama dari negara berkembang. Ketidakbiasaan ini sering kali memicu prasangka dan stereotip negatif terhadap orang asing. Selain itu, media dan pendidikan juga memainkan peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat. Media sering kali menggambarkan orang asing dengan cara yang tidak akurat atau bias, sementara sistem pendidikan mungkin kurang memberikan penekanan pada nilai-nilai keberagaman dan inklusivitas. Faktor-faktor ini, bersama-sama, menciptakan lingkungan di mana rasisme dapat berkembang dan tetap ada di masyarakat Korea Selatan.

Kisah Nyata: Pengalaman Warga Asing

Banyak warga asing yang tinggal di Korea Selatan memiliki cerita tentang pengalaman mereka menghadapi rasisme. Misalnya, seorang wanita India yang bekerja di sebuah perusahaan teknologi di Seoul menceritakan bagaimana dia sering mendapatkan tatapan tidak menyenangkan dan komentar merendahkan dari rekan kerjanya.

Rasisme di Korea Selatan adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan nyata dari pemerintah dan masyarakat. Dengan meningkatnya jumlah imigran dan pekerja asing, penting bagi Korea Selatan untuk menjadi lebih inklusif dan menghormati hak asasi manusia semua orang, tanpa memandang warna kulit atau negara asal.