Highlight
-
Mengapa Penting:
Kimono, sebagai pakaian tradisional Jepang, memiliki peran sentral dalam merayakan sejarah dan kebudayaan yang kaya. Keberlanjutan penggunaannya hingga saat ini memperlihatkan makna mendalam bagi masyarakat Jepang, menjadi landasan perayaan dan ekspresi keindahan tradisi.
-
Gambaran Besar:
Dalam perjalanan panjang sejarahnya, kimono bukan hanya sekadar pakaian. Ini adalah simbol perubahan budaya, perpaduan seni, dan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dari metode pembuatan hingga variasi jenisnya, kimono menjadi ekspresi identitas Jepang yang tak ternilai.
-
Sorotan:
Sejak periode Heian hingga zaman modern, kimono telah mengalami evolusi signifikan.
-
Perspektif Luas:
Dari gaya potong lurus pada periode Heian hingga periode Meiji yang dipengaruhi oleh budaya Barat, kimono menjadi kanvas yang merefleksikan perubahan tatanan sosial dan pengaruh global.
-
Perspektif Mendalam:
Melalui sejarahnya, kimono bukan hanya pakaian, melainkan warisan nilai dan tradisi. Pada periode Heian, inovasi teknik potong garis lurus menciptakan kemudahan penggunaan sehari-hari.
-
Kilas Balik:
Dengan melihat kembali sejarah kimono, kita menyadari bagaimana perubahan sosial dan budaya mengukir jejaknya. Periode Meiji membawa perubahan besar, mengakibatkan adopsi pakaian Barat dan menandai transformasi dalam pemakaian kimono sehari-hari.
Baca juga:
Potret Negara Jepang
Sejarah Tsunami Jepang
Kari Jepang, Tampak Sederhana, tapi Tidak Sejarahnya
Sejarah dan Jenis-Jenis Kimono Tradisional Jepang
Kimono bukan hanya pakaian, tetapi juga mencerminkan perubahan budaya sepanjang sejarah Jepang. Pada awalnya, "kimono" adalah istilah umum untuk pakaian, namun seiring berjalannya waktu, kimono kini lebih khusus merujuk pada pakaian budaya tradisional Jepang. Sejarah kimono dapat ditelusuri kembali ke periode Heian (794-1185), di mana kaum bangsawan Jepang mengadopsi gaya berpakaian yang khas. Meskipun dahulu merupakan pakaian Jepang paling umum, kimono saat ini jarang digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Namun, kita sering melihat kimono di festival musim panas, di mana orang sering mengenakan yukata, jenis kimono yang paling informal. Kimono formal juga tetap digunakan dalam pemakaman, pernikahan, wisuda, dan acara formal lainnya. Selain itu, geisha, maiko, dan rikishi (pegulat sumo) juga mengenakan kimono sebagai bagian dari profesinya.
Kimono pada Periode Heian (794-1185)
Pada periode Heian, teknik pembuatan kimono berkembang dengan metode potong garis lurus, memungkinkan pembuat kimono untuk tidak khawatir tentang bentuk tubuh pemakai. Kelebihan ini membuat kimono cocok digunakan sepanjang tahun dan membantu kimono menjadi bagian hidup sehari-hari masyarakat Jepang.
Kimono pada Periode Kamakura (1185–1333) dan Muromachi (1336–1573)
Pada periode ini, baik pria maupun wanita mengenakan kimono berwarna cerah. Kelas pejuang, yang semakin berkuasa, bahkan mengenakan kimono berwarna mencolok di medan perang sebagai representasi kepemimpinan mereka.
Kimono pada Periode Edo (1603–1867)
Di bawah pemerintahan klan prajurit Tokugawa, kimono berkembang menjadi seni. Kimono menjadi semakin bernilai, diwariskan dari generasi ke generasi sebagai warisan keluarga.
Dari Periode Meiji Hingga Sekarang
Pada periode Meiji, Jepang dipengaruhi oleh budaya asing, mendorong adopsi pakaian Barat. Meskipun sekarang jarang digunakan sehari-hari, kimono tetap menjadi pilihan formal untuk peristiwa seperti pernikahan, upacara pemakaman, dan wisuda universitas.
Jenis-Jenis Kimono
Tomesode: Simbol Menikah
Setelah menikah, wanita tidak lagi mengenakan furisode. Mereka beralih ke tomesode, kimono dengan lengan pendek dan motif hanya pada bagian bawah kimono. Tomesode hitam dengan lambang keluarga dipakai pada acara formal, seperti pernikahan kerabat.
Homongi, Tsukesage, dan Komon: Pilihan untuk Setiap Acara
Homongi (kimono penuh motif), tsukesage (motif di ujung, bahu, dan lengan), dan komon (berbagai warna dan desain) cocok untuk berbagai acara, mulai dari pesta hingga pernikahan teman.
Yukata: Santai di Musim Panas
Musim panas melihat penggunaan yukata, kimono musim panas informal, yang dahulu dipakai di rumah setelah mandi. Kini, yukata dipakai di festival musim panas dengan desain lebih beragam.
Tradisi Berpakaian Sesuai Musim
Orang Jepang selalu memperhatikan musim saat memilih warna atau pola kimono. Warna terang seperti hijau muda cocok untuk musim semi, sementara warna dingin seperti lavender atau biru tua cocok untuk musim panas. Musim gugur memanggil warna yang meniru warna daun yang berganti, dan musim dingin adalah waktu untuk warna kuat seperti hitam dan merah.