Sonic/Panic Vol. 2: Kolaborasi Musisi Indonesia Melawan Krisis Iklim

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Hamim Septian
Sonic/Panic Vol. 2: Kolaborasi Musisi Indonesia Melawan Krisis Iklim

Highlight

  • Apa itu album Sonic/Panic Vol. 2 dan siapa yang meluncurkannya?

Sonic/Panic Vol. 2 adalah album kompilasi yang diluncurkan oleh IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts, and Music Lab). Album ini melibatkan 15 musisi Indonesia lintas genre dengan tujuan menyuarakan urgensi krisis iklim dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan.

  • Apa yang dibahas dalam konferensi pers yang diadakan oleh IKLIM di Ubud, Bali?

Dalam konferensi pers yang diadakan di Biji World, Ubud, Bali pada 9 November, musisi seperti I Gede Robi Supriyanto, Cholil Mahmud, dan Bob Gloriaus membahas pentingnya keterlibatan musisi dalam gerakan lingkungan. Mereka juga menjelaskan bagaimana album ini dapat menjadi medium edukasi bagi masyarakat mengenai isu krisis iklim.

  • Mengapa workshop persiapan penting sebelum peluncuran album Sonic/Panic Vol. 2?

Workshop persiapan yang diadakan pada bulan Juli sebelum proyek album sangat penting karena memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu iklim kepada para musisi. Cholil Mahmud menyatakan bahwa workshop ini membantu musisi yang sebelumnya hanya memiliki pemahaman dasar untuk memperkaya wawasan mereka tentang krisis iklim.

  • Apa dampak yang diharapkan dari album Sonic/Panic Vol. 2 terhadap masyarakat?

Album Sonic/Panic Vol. 2 diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang krisis iklim dan mendorong aksi nyata untuk melindungi lingkungan. Para musisi berharap bahwa melalui lagu-lagu dalam album ini, mereka dapat menginspirasi audiens untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan dan mendukung langkah-langkah berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Baca juga:
Tajam Bak Mandau, Suara LAS! Terdengar Parau
Meniru Robin Pecknold, Aku Juga Mau Bilang Thank You So Much Buat Joyland Festival
CherryPop 2024: SkenaRio Musik di Yogyakarta

 

Industri musik Indonesia baru-baru ini diramaikan oleh peluncuran album kompilasi Sonic/Panic Vol. 2, sebuah inisiatif dari IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts, and Music Lab). Album ini melibatkan 15 musisi Indonesia lintas genre dari berbagai wilayah dengan satu tujuan yang sama: menyuarakan urgensi krisis iklim dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap bumi. Setelah sukses dengan album pertamanya tahun lalu, IKLIM kembali mengusung pesan kuat tentang pentingnya aksi kolektif demi masa depan lingkungan.

Konferensi Pers di Ubud, Bali: Musisi Indonesia Bicara Krisis Iklim

IKLIM mengadakan konferensi pers di Biji World, Ubud, Bali pada tanggal 9 November, yang dihadiri oleh beberapa nama besar seperti I Gede Robi Supriyanto (vokalis Navicula), Cholil Mahmud (Efek Rumah Kaca), dan Bob Gloriaus (LAS!). Dalam acara ini, mereka membahas pentingnya keterlibatan musisi dalam gerakan lingkungan dan bagaimana album ini dapat menjadi medium edukasi bagi masyarakat.

Pentingnya Workshop Persiapan untuk Album Sonic/Panic Vol. 2

Cholil Mahmud menekankan bahwa sebelum memulai proyek album, seluruh musisi yang terlibat mengikuti workshop pendalaman materi pada bulan Juli. "Workshop ini menjadi momen bagi kami untuk memahami isu iklim secara lebih mendalam. Musisi yang sebelumnya hanya memiliki pemahaman dasar tentang isu ini bisa memperkaya wawasannya," kata Cholil. Ia menambahkan bahwa workshop ini merupakan salah satu perbedaan utama antara Sonic/Panic Vol. 2 dengan proyek kolaborasi lain.

Musik Sebagai Medium Perubahan Sosial

Menurut I Gede Robi Supriyanto, musik memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menyentuh hati masyarakat dan menginspirasi perubahan sosial, terutama dalam konteks isu-isu lingkungan. Robi menyatakan, "Musik itu powerful. Untuk menyuarakan isu lingkungan, kita harus menyentuh hati orang, dan seni adalah cara paling efektif untuk itu," menekankan bahwa seni, khususnya musik, memiliki kemampuan unik untuk menjangkau emosi dan kesadaran audiens. Dalam album Sonic/Panic Vol. 2, para musisi berusaha memanfaatkan kekuatan musik untuk mendorong pendengar agar lebih peduli terhadap lingkungan dan mendukung langkah-langkah berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengangkat tema-tema lingkungan melalui lirik dan melodi yang menyentuh, mereka berharap dapat membangkitkan rasa kepedulian dan tanggung jawab sosial di kalangan masyarakat, sehingga menciptakan perubahan positif yang dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Melalui karya-karya ini, Robi dan para musisi lainnya berupaya menunjukkan bahwa musik bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga alat yang efektif untuk mengedukasi dan menginspirasi tindakan nyata dalam menjaga bumi.

Pengalaman Musisi Menghadapi Dampak Krisis Iklim

Tidak hanya sekadar berbagi karya, beberapa musisi juga membagikan pengalaman mereka saat menyaksikan langsung dampak perubahan iklim di lapangan. Bob Gloriaus, vokalis LAS! dari Pontianak, menceritakan perjalanan yang menginspirasinya dalam menciptakan lagu untuk album ini. Dalam perjalanan ke pedalaman Kalimantan Barat bersama organisasi Trend Asia, Bob menyaksikan dampak negatif industri tambang terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat tradisional.

"Kami melihat sendiri bagaimana hutan adat hancur karena proyek yang katanya ramah lingkungan. Pengalaman ini sangat menyentuh dan menjadi refleksi bagi kami untuk menyuarakan masalah ini melalui musik," ungkap Bob.

Pentingnya Kolaborasi untuk Melawan Krisis Iklim

Asteriska, salah satu musisi yang juga terlibat, menekankan pentingnya kolaborasi dalam menjaga bumi. "Bergerak sendirian sering terasa seperti tanpa harapan. Tapi bergerak bersama, kita bisa mencapai lebih banyak," ujarnya. Kolaborasi ini tidak hanya mempererat hubungan antar-musisi, tetapi juga memupuk rasa tanggung jawab bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Pameran Seni "Titik Kritis" di Biji World, Ubud

Selain musisi, IKLIM juga melibatkan seniman dalam menyuarakan keresahan terhadap krisis iklim melalui pameran seni bertajuk Titik Kritis. Karya seni dari Maghfiro Izzani Mauliana Ikwan yang menyoroti ketahanan pangan dan dampak perubahan lahan kebun menjadi pabrik ditampilkan di acara ini. Pameran ini bertujuan untuk membuka mata masyarakat tentang dampak nyata perubahan iklim yang sedang berlangsung.

Masa Depan IKLIM Fest: Harapan dan Tantangan

Ketika ditanya tentang kemungkinan mengadakan IKLIM Fest di lokasi lain, Asteriska menegaskan bahwa acara ini dapat dilakukan di berbagai tempat, asalkan didukung oleh penyelenggara yang memiliki visi untuk mewujudkan festival ramah lingkungan. Dukungan pemerintah setempat seperti yang disampaikan oleh I Dewa Gde Pariyatna, Camat Ubud, menjadi kunci penting agar festival ini dapat terus berkelanjutan dan berkontribusi dalam memajukan agenda lingkungan di Indonesia.

Dampak Krisis Iklim di Indonesia: Realitas yang Harus Diakui

Krisis iklim bukan lagi sekadar isu global, namun sudah menjadi kenyataan yang berdampak pada kehidupan sehari-hari di Indonesia. Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu rata-rata di Indonesia meningkat 0,03°C setiap tahunnya, yang menyebabkan frekuensi bencana alam meningkat dan merusak ekosistem. Para musisi dalam album ini berharap bahwa dengan mengangkat isu ini melalui musik, mereka dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong aksi nyata.

Sonic/Panic Vol. 2: Musik Sebagai Alat Edukasi dan Gerakan

Dirilis oleh Alarm Records, label rekaman ramah lingkungan pertama di Indonesia, Sonic/Panic Vol. 2 menghadirkan 15 lagu dari berbagai musisi yang peduli terhadap isu lingkungan, seperti Efek Rumah Kaca, Petra Sihombing, Voice of Baceprot, dan banyak lagi. Album ini sudah tersedia di berbagai platform streaming digital, mengajak pendengar untuk terlibat dalam upaya keberlanjutan lingkungan.

Gerakan untuk Industri Musik yang Ramah Lingkungan

Sebagai bagian dari komitmen untuk mengurangi dampak lingkungan, IKLIM juga mengajak publik untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan di industri musik. Langkah-langkah seperti penggunaan carbon offset dan pemberian bibit pohon kepada para penonton menjadi bagian dari acara ini. Diharapkan, bibit pohon tersebut dapat ditanam di rumah masing-masing sebagai bentuk kontribusi kecil namun berarti dalam menjaga bumi.

Dengan adanya album Sonic/Panic Vol. 2, IKLIM tidak hanya mengedukasi masyarakat, tetapi juga menggerakkan para musisi untuk menjadi pelopor dalam melawan krisis iklim. Gerakan ini diharapkan dapat terus tumbuh dan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk berperan aktif dalam melindungi lingkungan.