Film Propaganda Dalam Sejarah Dunia

Penulis: Achmad Susanto
Editor: Hamim Septian
Film Propaganda Dalam Sejarah Dunia

Highlight

  • Mengapa Penting:

Film propaganda memiliki peran penting dalam mengubah persepsi masyarakat. Film dapat mencapai audiens yang luas, menyampaikan pesan dengan dramatis, dan memengaruhi emosi penonton. Masyarakat yang buta huruf pun dapat memahami pesan yang disampaikan melalui gambar bergerak. Oleh karena itu, film propaganda dianggap sebagai alat yang kuat dalam membentuk opini publik.

  • Gambaran Besar:

Uni Soviet adalah salah satu pionir dalam menggunakan film sebagai alat propaganda. Setelah Revolusi Oktober 1917, pemerintah Bolshevik di bawah Vladimir Lenin menyadari potensi besar film. Mereka mendirikan departemen film propaganda sendiri bernama Goskino USSR pada 1924. Film-film seperti "The Birth of Kino-Eye" oleh Dziga Vertov mencerminkan Revolusi Rusia dan ideologi Bolshevik.

  • Sorotan:

Di Jerman era Nazi, film juga digunakan secara intensif sebagai alat propaganda. Joseph Goebbels, Menteri Propaganda, memahami potensi film untuk memengaruhi. Nazi menasionalisasikan industri film dan mendirikan sekolah film untuk melatih sineas-sineas muda. Film-film propaganda Nazi dengan pesan anti-Semit dan politik mendominasi bioskop pada masa itu.

  • Perspektif Luas:

Amerika Serikat juga tidak kalah dalam memanfaatkan film sebagai alat propaganda. Selama Perang Dunia II, pemerintah AS mendanai film-film seperti "Why We Fight" yang disutradarai oleh Frank Capra. Tujuannya adalah membangkitkan semangat patriotik di tengah masyarakat dan mendukung perang.

  • Perspektif Mendalam:

Di Indonesia, film propaganda telah digunakan dalam konteks politik dan sejarah. Salah satu contoh yang terkenal adalah film "Pengkhianatan G30S/PKI" pada era Orde Baru. Film ini digunakan untuk memantik rasa nasionalisme dan anti-komunis. Namun, film ini juga menuai kontroversi karena dianggap mendistorsi sejarah dan digunakan untuk kepentingan politik..

  • Kilas Balik:

Film propaganda masih ada dalam bentuknya yang lebih modern. Contoh terbaru adalah film "Sayap-sayap Patah" yang dirilis pada Agustus 2022. Film ini memperlihatkan bahwa film sebagai alat propaganda masih relevan. Dengan harapan penonton akan mengadopsi posisi politik yang dipromosikan.

 

Baca Juga: 

Sinema-sinema Propaganda

Donald Bebek, Si Mesin Propaganda AS Paling Masyhur

 

Pengaruh Film Propaganda Dalam Sejarah Dunia

Pionir Film Propaganda

Uni Soviet adalah salah satu pionir dalam penggunaan film sebagai alat propaganda. Setelah Revolusi Oktober 1917, pemerintah Bolshevik di bawah Vladimir Lenin menekankan pentingnya film sebagai alat propaganda. Film dianggap lebih efektif daripada poster dan selebaran karena bisa mencapai populasi yang masih buta huruf.

Soviet bahkan mendirikan departemen film propaganda sendiri bernama Goskino USSR pada 1924. Dalam beberapa tahun, film-film seperti "The Birth of Kino-Eye" oleh Dziga Vertov mulai muncul. Film-film ini mencerminkan Revolusi Rusia dan ideologi Bolshevik.

Propaganda Hitler dalam Film

Pada masa kejayaan Adolf Hitler di Jerman era Nazi, Menteri Propaganda Joseph Goebbels memiliki perhatian besar terhadap sinema. Nazi menasionalisasikan industri film dan mendirikan sekolah film untuk melatih sineas-sineas muda.

Nazi mendirikan organisasi film nasional dan mewajibkan aktor, sineas, dan distributor film untuk menjadi anggotanya. Film-film propaganda Nazi dengan pesan anti-Semit dan propaganda politik mulai mendominasi bioskop.

Propaganda Perang dan Patriotisme

Amerika Serikat juga memanfaatkan film sebagai alat propaganda selama Perang Dunia II. Film-film seperti "Why We Fight" yang didanai pemerintah dan disutradarai oleh Frank Capra digunakan untuk membangkitkan semangat patriotik di tengah masyarakat.

Film Propaganda dalam Sejarah

Di Indonesia, film propaganda juga telah digunakan. Salah satu contohnya adalah film "Pengkhianatan G30S/PKI" pada era Orde Baru. Film ini digunakan untuk memantik rasa nasionalisme dan anti-komunis di tengah masyarakat. Namun, film ini juga menuai kontroversi karena mendistorsi sejarah dan digunakan untuk kepentingan politik.

Film propaganda Indonesia, sayangnya, cenderung menjadi wadah narsisme dan propaganda institusi. Film seperti "Sang Prawira" dan "The Police" mencerminkan kepentingan pihak-pihak tertentu dalam membangun citra positif.

Propaganda dalam Film Kontemporer

Film "Sayap-sayap Patah" yang dirilis pada Agustus 2022 menambah daftar film pesanan institusi negara. Film ini menjadi contoh bagaimana film dapat digunakan sebagai alat propaganda dengan harapan penonton akan mengadopsi posisi politik yang dipromosikan.

Dalam film propaganda, penonton seringkali tidak menyadari bahwa mereka sedang disusupi pesan tertentu. Dengan berdurasi relatif singkat, film dapat mencapai banyak orang dalam waktu singkat. Harapannya adalah bahwa penonton akan terpengaruh oleh pesan dalam film.